Alasan Lengkap mengapa Hindu Dilarang Makan Sapi
Mengapa agama hindu melarang memakan
daging Sapi?
Itulah salah satu kalimat yang sering ditanyakan orang non-Hindu pada orang
Hindu, apalagi jika orang Hindu itu sedang merantau ke luar Bali. Apakah kamu pernah
merasakannya? atau pernah menanyakannya?
Buat yang pernah ditanya, apakah bisa menjawab pertanyaan itu? Apakah
jawabannya bisa memuaskan orang yang bertanya?
Buat yang pernah menanyakan hal itu, apakah sudah mendapatkan jawaban yang
memuaskan tentang hal itu?
Pertanyaan tentang mengapa orang Hindu tidak memakan daging sapi adalah
pertanyaan yang wajar ditanyakan oleh orang-orang non-Hindu. Bagi saya pribadi
itu bukanlah pertanyaan yang berlebihan, apalagi mau memojokkan orang Hindu.
Setiap orang wajar saja memiliki rasa penasaran dengan apa yang tidak dia
jalani atau ketahui. Berpikir positif saja, kita pun sering penasaran dengan
apa yang tidak kita jalani atau ketahui kan?
Jadi, untuk orang-orang Hindu jangan sampai tersinggung untuk hal-hal atau
pertanyaan-pertanyaan yang seperti ini ya.
Tugas kita adalah menjadi teman yang baik, menjelaskan ke mereka sehingga
mereka bisa tahu dan semakin mengenal agama dan budaya teman-temannya. Ini
sebagai awal yang baik untuk memunculkan sikap toleransi di antara kita semua.
Tak kenal maka tak sayang, maka biarkanlah mereka mengenal lebih dalam dengan
penjelasan yang kita berikan.
Kembali ke topik, mengapa orang Hindu tidak memakan daging sapi?
Ada banyak versi yang menjadi dasar mengapa orang Hindu tidak memakan
daging sapi, yang pasti konsep utamanya adalah karena orang-orang Hindu
menganggap sapi sebagai hewan yang mulia. Ya, ini sedikit berbeda dengan konsep
agama Islam yang tidak memakan daging babi karena dianggap haram, sedangkan
orang Hindu tidak memakan daging sapi karena dianggap suci.
Apa yang membuat orang-orang Hindu memuliakan sapi?
Versi pertama, dalam kitab Niti Sastra bagian Hitopadesa Sloka 39,
disebutkan dalam tradisi Hindu dikenal beberapa entitas yang dapat disebut
sebagai ibu yang harus kita hormati, yaitu;
Adau-mata guroh patni
Brahmana raja-patnika
Dhenur dhatri tatha prthivi
Saptaita matarah smrtah
Yang memiliki arti kurang lebih seperti ini:
Ketujuh ini dikenal sebagai ibu yaitu: ibu kandung, istri guru (guru
kerohanian), istri brahmana (varna-brahmana), istri raja, sapi, perawat dan ibu
pertiwi (bumi).
Sebelum saya lanjutkan, perlu saya jelaskan bahwa saya adalah orang Hindu
yang tidak suka menelan mentah-mentah ajaran agama, apalagi yang sifatnya
doktrin, tidak ada penjelasan logisnya. Saya selalu melihat, memahami, mencari
tahu, dan membuktikan terlebih dahulu apakah ajaran agama ini masih relevan untuk
digunakan saat ini atau tidak. Kalau hanya berupa perintah-perintah yang harus
diikuti hanya karena itu tertulis di buku agama, mohon maaf, itu bukan jalan
saya.
Kembali ke penjelasan versi pertama, berdasarkan penjelasan tersebut orang
Hindu diminta untuk menghormati 7 macam ibu yang disebutkan, di mana salah
satunya adalah sapi. Mungkin penjelasan ini didasarkan pada pemikiran bahwa
sapi telah memberikan air susunya kepada kita, sehingga dianggap posisinya sama
seperti ibu yang memberikan air susu ibu (ASI).
Penjelasan versi pertama ini belum bisa memuaskan saya secara pribadi.
Kalau pribadi lain sudah terpuaskan dengan penjelasan ini, syukurlah. Tapi saya
belum. Bagi saya, hal ini tidak adil bagi hewan lain yang juga memberikan air
susunya kepada kita, seperti kambing, kuda, unta, kerbau, dan keledai. Malah
sekarang ada susu beras, susu kedelai, susu gandum, dan susu kacang mete.
Menurut saya pribadi, jika kita menyucikan atau memuliakan sapi karena alasan
ia telah memberikan air susu kepada kita, maka seharusnya kita juga menyucikan
atau memuliakan setiap makhluk dan setiap hal yang bisa memberikan air susu
kepada kita.
Sekali lagi saya tegaskan, ini pandangan pribadi saya, kalau pribadi lain
sudah terpuaskan dengan penjelasan versi pertama, syukurlah. Silahkan
melanjutkan keyakinannya, saya sangat menghargai dan menghormatinya.
Versi kedua yang saya pernah dengar adalah sapi disucikan atau dimuliakan
karena sapi adalah hewan yang telah berjasa besar kepada kita. Selain karena
memberikan air susu, Sapi juga kita manfaatkan untuk membajak sawah, kulit Sapi
yang mati kita gunakan untuk pakaian, tempat berteduh, dan juga alat kesenian
dan kebudayaan.
Penjelasan versi kedua juga belum memuaskan saya. Penjelasan ini juga tidak
adil bagi hewan dan semua ciptaan Tuhan yang lainnya. Saya memiliki prinsip
bahwa setiap makhluk memiliki peranannya masing-masing, semua bermanfaat, semua
berjasa, bukan hanya sapi yang berjasa dan bermanfaat. Cacing bermanfaat
menggemburkan tanah, ular yang menakutkan itu juga bermanfaat untuk
menghilangkan hama tikus, anjing membantu kita menjaga rumah dan berburu, dan
masih banyak lagi contoh lainnya.
Jika pribadi yang lain sudah puas dengan penjelasan versi kedua, syukurlah,
silahkan melanjutkan keyakinan tersebut, saya sangat menghargai dan
menghormatinya.
Versi ketiga, beberapa orang Hindu percaya bahwa sapi disucikan atau
dimuliakan karena sapi memakan hal yang tidak dimakan manusia, misalnya rumput.
Mungkin maksud konsep ini secara sederhana adalah jangan mengganggu makhluk
yang tidak mengganggumu. Dalam hal ini mungkin sapi dianggap tidak mengganggu
makanan kita, dia memilih makanan yang bukan makanan kita.
Untuk penjelasan versi ketiga, kembali saya belum terpuaskan dengan
penjelasan itu. Bagi saya pribadi, hal ini tidak adil untuk makhluk lain yang
juga tidak pernah mengganggu keberadaan hal-hal yang bisa saya makan. Selain
itu, saya juga tidak akan memakan daging kucing dengan alasan kucing tersebut
tertangkap tangan memakan ikan di atas meja makan rumah saya, yang merupakan
makanan saya. Namun, bagi yang sudah puas dengan penjelasan versi ketiga ini,
syukurlah, silahkan dilanjutkan, saya sangat menghormati dan menghargai.
Versi keempat, alasan mereka memilih untuk tidak memakan daging sapi adalah
karena setiap kali mereka memakan daging sapi mereka selalu mengalami sakit
setelahnya. Hal inilah yang membuat mereka percaya itu terjadi karena mereka
telah melanggar ajaran agama Hindu yang mereka anut.
Untuk penjelasan versi keempat, secara pribadi saya belum mengalami, jadi
penjelasan ini belum bisa membuat saya terpuaskan dan tercerahkan untuk mulai
tidak mengonsumsi daging sapi. Untuk yang sudah tercerahkan karena hal versi
keempat ini, syukurlah, silahkan dilanjutkan, saya sangat menghormati dan
menghargai apa yang anda yakini dan jalani.
Versi kelima, mereka memilih untuk tidak memakan daging sapi sebagai bentuk
janji mereka (masesangi dalam bahasa Bali)
terhadap sesuatu hal, seperti mereka berjanji akan berhenti memakan daging sapi
jika lulus ujian, atau mereka berjanji akan berhenti memakan daging sapi jika
sakit yang mereka alami atau sakit yang keluarga mereka alami bisa sembuh, atau
mereka berjanji tidak akan mengonsumsi daging sapi jika berhasil selamat dari
sebuah kecelakaan atau bencana, atau mereka berjanji tidak akan memakan daging
sapi ketika mereka sudah diangkat menjadi pemuka agama Hindu seperti pemangku,
pedanda, atau pendeta.
Penjelasan versi kelima
sifatnya sangat pribadi, saya sendiri belum mengalami atau berjanji untuk tidak
memakan daging sapi karena sesuatu hal serupa di atas. Jadi penjelasan versi
kelima belum bisa memuaskan dan mencerahkan saya untuk tidak mengonsumsi daging
sapi. Untuk yang tidak mengonsumsi daging sapi karena hal-hal terkait
penjelasan kelima, syukurlah kalian sudah menemukan pencerahan melalui jalan
ini, silahkan melanjutkan, saya sangat menghargai dan menghormatinya.
Versi keenam, mereka memilih tidak memakan daging sapi karena sesuai dengan
ajaran agama Hindu yang sering disebut Ahimsa, yang artinya tidak membunuh atau
menyakiti. Tentu ruang lingkup Ahimsa ini adalah tidak membunuh dan menyakiti
semua makhluk ciptaan Tuhan, termasuk kepada Sapi dan semua hewan lainnya.
Kebanyakan dari mereka yang menjalani hal ini berarti juga menjalani praktek
yang lebih dari sekedar tidak makan Sapi, yaitu Vegetarian.
Versi keenam ini adalah penjelasan yang belum siap untuk saya laksanakan
saat ini secara pribadi. Konsep Vegetarian adalah konsep yang bagi saya sangat
amat bagus. Saya adalah orang yang tidak tega melihat binatang dibunuh, apalagi
itu dilakukan di depan mata saya. Konsep vegetarian akan membuat, mengurangi,
atau setidaknya tidak ikut mendukung atau menikmati hasil dari pembunuhan
terhadap makhluk hidup lain. Untuk diketahui, saya memutuskan masih memakan
daging sampai saat ini alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi di usia
muda. Mungkin konsep vegetarian akan saya jalankan ketika usia saya sudah lebih
tua, sekaligus sebagai bentuk menjaga pola makan untuk kesehatan yang memang
diperlukan ketika masa tua nanti.
Selain itu, kalau penjelasan terkait tidak memakan daging sapi adalah
dengan dasar ajaran Ahimsa, tentu tidak akan menjadikan Sapi sebagai
satu-satunya hewan dalam agama Hindu yang dimuliakan atau disucikan, karena
yang meyakini jalan ini tidak akan memakan semua hewan. Jadi saya belum puas
dengan penjelasan versi keenam, dan untuk yang sudah terpuaskan dengan
penjelasan keenam, syukurlah, silahkan melanjutkan keyakinannya, saya sangat
menghargai dan menghormatinya.
Versi ketujuh, menjelaskan bahwa agama Hindu dilarang memakan daging sapi
karena sapi adalah kendaraan Dewa Siwa. Perlu diketahui, dalam ajaran agama
Hindu terdapat banyak sekali Dewa-Dewa bahkan juga Dewi-Dewi, yang di mana
mereka adalah percikan sinar suci Tuhan. (Penjelasan lebih lanjut mengapa ada
banyak Dewa-Dewa dan Dewi-Dewi dalam agama Hindu akan dibahas dalam artikel
berbeda). Setiap Dewa-Dewi tersebut digambarkan memiliki kendaraan-kendaraan
masing-masing, di mana sebagian besar kendaraannya adalah hewan. Misal, Dewa
Wisnu kendaraannya burung Garuda, Dewa Ganesha kendaraannya tikus, kendaraan
Dewi Durga berupa harimau, dan masih banyak lagi.
Penjelasan versi ketujuh juga belum bisa memuaskan saya karena pada
kenyataannya sapi bukan satu-satunya makhluk yang menjadi kendaraan bagi Dewa
dalam ajaran agama Hindu. Jika memang alasannya karena ia adalah kendaraan
Dewa, maka semua makhluk yang bertugas sebagai kendaraan para Dewa-Dewi harus
dimuliakan atau disucikan. Sekali lagi, ini adalah cara pandang saya pribadi. Jika
pribadi lain sudah terpuaskan dengan penjelasan versi ketujuh, syukurlah,
silahkan menjalani keyakinan tersebut, saya sangat menghargai dan menghormati.
Versi kedelapan yang pernah saya baca di internet, meskipun tidak jelas
sumber aslinya dari mana, tapi saya cantumkan saja agar semua opini terkait
orang Hindu tidak memakan daging sapi bisa diakomodir. Penjelasannya kurang
lebih seperti ini, bahwa orang yang membunuh sapi, atau makan daging sapi, akan
menderita di neraka selama ratusan tahun untuk membayar satu dari bulu sapi
yang mereka makan. Jikalau seseorang makan daging sapi yang memiliki seratus
ribu bulu, maka orang tersebut mesti menderita di neraka selama 100.000 dikali
100tahun.
Penjelasan versi kedelapan belum bisa memuaskan saya. Telah saya jelaskan
sejak awal, saya bukan orang yang suka didoktrin untuk hal-hal berbau agama
hanya karena itu ditulis di buku agama. Apalagi penjelasan versi
kedelapan juga belum tentu ada di buku agama Hindu, saya secara pribadi belum
pernah melihat secara langsung. Cara-cara menakut-nakuti semacam ini tidak
membuat saya malah respek dan mau mengikuti jalan tersebut. Namun jika pribadi
yang lain bisa tercerahkan karena penjelasan versi kedelapan, saya sangat
menghargai dan menghormatinya.
Sampai sejauh ini, saya baru mengetahui delapan versi mengapa orang Hindu
memilih untuk tidak memakan daging sapi. Mungkin masih banyak versi yang belum
saya ketahui, Namun dari kedelapan versi yang sudah saya ketahui, belum ada
yang bisa memuaskan saya secara pribadi, mengapa saya sebagai orang Hindu tidak
boleh memakan daging sapi.
Lalu, selama ini bagaimana cara saya menjawab pertanyaan teman non-Hindu
ketika mereka menanyakan hal ini kepada saya?
Penjelasan yang saya berikan begini:
Dalam ajaran agama Hindu, konsep tidak memakan daging sapi itu hampir sama
dengan konsep menggunakan jilbab dalam agama Islam. Lakukanlah ketika kamu
sudah siap, sudah yakin, dan tahu mengapa melakukannya adalah hal yang baik
untuk dirimu atau dengan kata lain sudah mendapatkan hidayah. Saya sebagai
orang Hindu belum mendapatkan hal itu, sehingga saya masih memakan daging sapi.
Sebagai penutup, harus saya sampaikan bahwa tulisan ini merupakan salah
satu bentuk pencarian saya secara pribadi tentang penjelasan mengapa orang
Hindu tidak boleh memakan daging Sapi. Harapannya, artikel ini bisa
memicu diskusi dan sharing yang konstruktif dan positif di kolom komentar,
sehingga penulis dan seluruh pembaca artikel ini bisa tercerahkan.
Tulisan ini didedikasikan tidak hanya
untuk orang Hindu yang belum tercerahkan, namun juga bagi non-Hindu yang selama
ini penasaran terhadap konsep mengapa orang Hindu yang tidak memakan daging
sapi