Sunday, 29 May 2016

Panca Sradha dalam agama Hindu

Panca Sradha dalam agama Hindu


Secara etimologi panca sradha berasal dari kata panca dan sradha. Panca berarti lima dansradha berarti keyakinan. Jadi panca sradha adalah lima keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu.
1. Percaya terhadap adanya Brahman
2. Percaya terhadap adanya atman
3. Percaya terhadap adanya karmaphala
4. Percaya terhadap adanya punarbhawa
5. Percaya terhadap adanya moksa
Çraddhaya satyam apnoti, çradham satye prajapatih.
artinya : dengan sradha orang akan mencapai Tuhan, Beliau menetapkan, dengan sradha menuju satya. (Yajur Veda XIX.30)

Berikut adalah penjelasan dari 5 bagian diatas
1. BRAHMAN-Tuhan Yang Maha Esa / Sang Hyang Widi Wasa
siapa sih Tuhan itu? Tuhan adalah sumber dari segala yang ada dan akhir dari segala yang tercipta.
Ekam eva advityam Brahman yang berarti Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.(CU IV.2.1)
eko narayana na dwityo’sti kascit yang berarti hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.
Dengan melihat kedua sloka diatas dapat disimpilkan bahwa Tuhan itu esa/satu tidak ada duanya.
Kita mengenal adanya Tri Purusa yaitu :
Paramasiwa : Tuhan yang tidak bisa dipikirkan, tak terbayangkan, murni, nirguna Brahman, trasenden.
Sadasiwa : Tuhan yang imanen, saguna Brahman disinilah Tuhan memiliki sifat seperti Cadhu sakti,astaiswarya.
Siwatman : Tuhan yang ada didalam makluk hidup.
sifat Tuhan :
Cadhu sakti :
Wibhu sakti artinya Tuhan bersifat maha ada
Prabhu sakti artinya Tuhan bersifat maha kuasa
Jnana sakti artinya Tuhan bersifat maha tahu
Kriya sakti artinya Tuhan bersifat maha karya
Astaiswarya :
Anima berarti kecil sekecil-kecilnya, lebuh kecil dari atom
Laghima berarti ringan seringan ringannya, lebih ringan dari udara
Mahima berarti maha besar, memenuhi ruangan
Prapti berarti serba sukses, dapat mencapai segala sesuatu yang dikehendaki
Prakamya berarti segala keinginan dapat tercapai
Isittwa berarti maharaja atau raja diraja
Wasitwa berarti maha kuasa dan mengatasi segala-galanya
Yatrakamawasayitwa berarti segala kehendaknya tak ada dapat menentang

2. Atman
Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha Esa ). Atman berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas mempunyai atman, sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua makluk ( manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita menyebutkan sebagai berikut :
aham atma gudakesa, sarwabhutasaya-sthitah, aham adis ca madhyam ca, bhutanam anta eva ca”
artinya :
O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan, pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.( Bhagawadgita X.20 )
Sifat – sifat atman meliputi :
a) acchedya berarti tak terlukai senjata,
b) adahya berarti tak terbakar oleh api,
c) akledya berarti tak terkeringkan oleh angin,
d) acesya berarti tak terbasahkan oleh air,
e) nitya berarti abadi,
f) sarwagatah berarti ada di mana-mana,
g) sathanu berarti tidak berpindah – pindah,
h) acala berarti tidak bergerak,
i) awyakta berarti tidak dilahirkan,
j) achintya berarti tak terpikirkan,
k) awikara berarti tidak berubah,
l) sanatana berarti selalu sama.

3. Karmaphala
Secara etimologi karmaphala berasal dari kata karma yang berarti perbuatan dan phala yang berarti hasil. Jadi karmaphala berarti hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Hindu mengenal adanya hukum karmaphala yaitu hukum sebab akibat, setiapperbuatan yang kita lakukan pasti akan mendapakan hasilnya.
Berdasarkan waktu diterimanya phala dari suatu karma dibedakan menjadi tiga.
a.Sancita Karma Phala: Perbuatan dimas lampau/kehidupan lalu pada kehidupan sekerang kita terima hasilmnya.
b.Prarabda: Pebuatan sekarang sekarang juga kita terima hasilnya
c.Kryamana: Perbuatan pada kehidupan sekarang belum habis diterima hasilnya maka akan kita terima dapa kehidupan yang akan datang.

4. Punarbhawa
Punarbhawa berasal dari kata punar yang berarti kembali dan bhawa yang berarti menjelma / lahir. Jadi punarbhawa adalah kelahiran kembali. Punarbhawa juga sering disebut dengan Reinkarnasi.
“bahuni me vyatitani janmani tava carjuna, tany aham veda sarvani na tvam vettha parantapa”.
arti : Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu, demikian pula kelahiranmu,Arjuna;semuanya ini Aku mengetahuinya, tetapi engkau sendiri tidak, wahai Arjuna.( Bhagawadgita IV.5 )

5. Moksa
Moksa berasaldari akar kata “muc” yang berarti bebas. Bebas dari segala ikatan karma, ikatan duniawi( suka dan duka ) ikatan hidup, ikatan cinta kasih dll.
Tingkatan moksa :
1.SAMIPYA : Moksa dapat dicapai oleh para maha Rsi/yogi dengan kematangan tapa membuka intuisinya sehingga dapat menerima wahyu dan memahami hakekakat hidup sejati.
2.SARUPYA/ SADARMYA : Moksa yang dicapai oleh kesadaran sejati ketika atman dapat mengatasi segalanya . Hal ini dapat dicapai oleh Awatara. Beliau bisa mengatasi segalanya dan dapat menentukan sendiri kapan akan meninggalkian dunia ini.
3.SALOKYA : Adalah tingkatan Moksa yang dicapai oleh atman yang telah mampu mencapai tingkat Tuhan. Misalnya leluhur yang telah diaben.
4.SAYUJYA : Adalah tingkat kebebasan yang paling tinggi dimana atman telah bersatu dengan Brahman. Brahman Atman Aikyam. Brahman dan Atman tunggal.


Alasan Lengkap mengapa Hindu Dilarang Makan Sapi

Alasan Lengkap mengapa Hindu Dilarang Makan Sapi



Mengapa agama hindu melarang memakan daging Sapi?
Itulah salah satu kalimat yang sering ditanyakan orang non-Hindu pada orang Hindu, apalagi jika orang Hindu itu sedang merantau ke luar Bali. Apakah kamu pernah merasakannya? atau pernah menanyakannya?
Buat yang pernah ditanya, apakah bisa menjawab pertanyaan itu? Apakah jawabannya bisa memuaskan orang yang bertanya?
Buat yang pernah menanyakan hal itu, apakah sudah mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang hal itu?
Pertanyaan tentang mengapa orang Hindu tidak memakan daging sapi adalah pertanyaan yang wajar ditanyakan oleh orang-orang non-Hindu. Bagi saya pribadi itu bukanlah pertanyaan yang berlebihan, apalagi mau memojokkan orang Hindu. Setiap orang wajar saja memiliki rasa penasaran dengan apa yang tidak dia jalani atau ketahui. Berpikir positif saja, kita pun sering penasaran dengan apa yang tidak kita jalani atau ketahui kan?
Jadi, untuk orang-orang Hindu jangan sampai tersinggung untuk hal-hal atau pertanyaan-pertanyaan yang seperti ini ya.

Tugas kita adalah menjadi teman yang baik, menjelaskan ke mereka sehingga mereka bisa tahu dan semakin mengenal agama dan budaya teman-temannya. Ini sebagai awal yang baik untuk memunculkan sikap toleransi di antara kita semua. Tak kenal maka tak sayang, maka biarkanlah mereka mengenal lebih dalam dengan penjelasan yang kita berikan.


 Kembali ke topik, mengapa orang Hindu tidak memakan daging sapi?
Ada banyak versi yang menjadi dasar mengapa orang Hindu tidak memakan daging sapi, yang pasti konsep utamanya adalah karena orang-orang Hindu menganggap sapi sebagai hewan yang mulia. Ya, ini sedikit berbeda dengan konsep agama Islam yang tidak memakan daging babi karena dianggap haram, sedangkan orang Hindu tidak memakan daging sapi karena dianggap suci.
Apa yang membuat orang-orang Hindu memuliakan sapi?
Versi pertama, dalam kitab Niti Sastra bagian Hitopadesa Sloka 39, disebutkan dalam tradisi Hindu dikenal beberapa entitas yang dapat disebut sebagai ibu yang harus kita hormati, yaitu;
Adau-mata guroh patni
Brahmana raja-patnika
Dhenur dhatri tatha prthivi
Saptaita matarah smrtah
Yang memiliki arti kurang lebih seperti ini:
Ketujuh ini dikenal sebagai ibu yaitu: ibu kandung, istri guru (guru kerohanian), istri brahmana (varna-brahmana), istri raja, sapi, perawat dan ibu pertiwi (bumi).


Sebelum saya lanjutkan, perlu saya jelaskan bahwa saya adalah orang Hindu yang tidak suka menelan mentah-mentah ajaran agama, apalagi yang sifatnya doktrin, tidak ada penjelasan logisnya. Saya selalu melihat, memahami, mencari tahu, dan membuktikan terlebih dahulu apakah ajaran agama ini masih relevan untuk digunakan saat ini atau tidak. Kalau hanya berupa perintah-perintah yang harus diikuti hanya karena itu tertulis di buku agama, mohon maaf, itu bukan jalan saya.
Kembali ke penjelasan versi pertama, berdasarkan penjelasan tersebut orang Hindu diminta untuk menghormati 7 macam ibu yang disebutkan, di mana salah satunya adalah sapi. Mungkin penjelasan ini didasarkan pada pemikiran bahwa sapi telah memberikan air susunya kepada kita, sehingga dianggap posisinya sama seperti ibu yang memberikan air susu ibu (ASI).
Penjelasan versi pertama ini belum bisa memuaskan saya secara pribadi. Kalau pribadi lain sudah terpuaskan dengan penjelasan ini, syukurlah. Tapi saya belum. Bagi saya, hal ini tidak adil bagi hewan lain yang juga memberikan air susunya kepada kita, seperti kambing, kuda, unta, kerbau, dan keledai. Malah sekarang ada susu beras, susu kedelai, susu gandum, dan susu kacang mete. Menurut saya pribadi, jika kita menyucikan atau memuliakan sapi karena alasan ia telah memberikan air susu kepada kita, maka seharusnya kita juga menyucikan atau memuliakan setiap makhluk dan setiap hal yang bisa memberikan air susu kepada kita.



Sekali lagi saya tegaskan, ini pandangan pribadi saya, kalau pribadi lain sudah terpuaskan dengan penjelasan versi pertama, syukurlah. Silahkan melanjutkan keyakinannya, saya sangat menghargai dan menghormatinya.
Versi kedua yang saya pernah dengar adalah sapi disucikan atau dimuliakan karena sapi adalah hewan yang telah berjasa besar kepada kita. Selain karena memberikan air susu, Sapi juga kita manfaatkan untuk membajak sawah, kulit Sapi yang mati kita gunakan untuk pakaian, tempat berteduh, dan juga alat kesenian dan kebudayaan.
Penjelasan versi kedua juga belum memuaskan saya. Penjelasan ini juga tidak adil bagi hewan dan semua ciptaan Tuhan yang lainnya. Saya memiliki prinsip bahwa setiap makhluk memiliki peranannya masing-masing, semua bermanfaat, semua berjasa, bukan hanya sapi yang berjasa dan bermanfaat. Cacing bermanfaat menggemburkan tanah, ular yang menakutkan itu juga bermanfaat untuk menghilangkan hama tikus, anjing membantu kita menjaga rumah dan berburu, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Jika pribadi yang lain sudah puas dengan penjelasan versi kedua, syukurlah, silahkan melanjutkan keyakinan tersebut, saya sangat menghargai dan menghormatinya.


Versi ketiga, beberapa orang Hindu percaya bahwa sapi disucikan atau dimuliakan karena sapi memakan hal yang tidak dimakan manusia, misalnya rumput. Mungkin maksud konsep ini secara sederhana adalah jangan mengganggu makhluk yang tidak mengganggumu. Dalam hal ini mungkin sapi dianggap tidak mengganggu makanan kita, dia memilih makanan yang bukan makanan kita.
Untuk penjelasan versi ketiga, kembali saya belum terpuaskan dengan penjelasan itu. Bagi saya pribadi, hal ini tidak adil untuk makhluk lain yang juga tidak pernah mengganggu keberadaan hal-hal yang bisa saya makan. Selain itu, saya juga tidak akan memakan daging kucing dengan alasan kucing tersebut tertangkap tangan memakan ikan di atas meja makan rumah saya, yang merupakan makanan saya. Namun, bagi yang sudah puas dengan penjelasan versi ketiga ini, syukurlah, silahkan dilanjutkan, saya sangat menghormati dan menghargai.



Versi keempat, alasan mereka memilih untuk tidak memakan daging sapi adalah karena setiap kali mereka memakan daging sapi mereka selalu mengalami sakit setelahnya. Hal inilah yang membuat mereka percaya itu terjadi karena mereka telah melanggar ajaran agama Hindu yang mereka anut.
Untuk penjelasan versi keempat, secara pribadi saya belum mengalami, jadi penjelasan ini belum bisa membuat saya terpuaskan dan tercerahkan untuk mulai tidak mengonsumsi daging sapi. Untuk yang sudah tercerahkan karena hal versi keempat ini, syukurlah, silahkan dilanjutkan, saya sangat menghormati dan menghargai apa yang anda yakini dan jalani.
Versi kelima, mereka memilih untuk tidak memakan daging sapi sebagai bentuk janji mereka (masesangi dalam bahasa Bali) terhadap sesuatu hal, seperti mereka berjanji akan berhenti memakan daging sapi jika lulus ujian, atau mereka berjanji akan berhenti memakan daging sapi jika sakit yang mereka alami atau sakit yang keluarga mereka alami bisa sembuh, atau mereka berjanji tidak akan mengonsumsi daging sapi jika berhasil selamat dari sebuah kecelakaan atau bencana, atau mereka berjanji tidak akan memakan daging sapi ketika mereka sudah diangkat menjadi pemuka agama Hindu seperti pemangku, pedanda, atau pendeta.
Penjelasan versi kelima sifatnya sangat pribadi, saya sendiri belum mengalami atau berjanji untuk tidak memakan daging sapi karena sesuatu hal serupa di atas. Jadi penjelasan versi kelima belum bisa memuaskan dan mencerahkan saya untuk tidak mengonsumsi daging sapi. Untuk yang tidak mengonsumsi daging sapi karena hal-hal terkait penjelasan kelima, syukurlah kalian sudah menemukan pencerahan melalui jalan ini, silahkan melanjutkan, saya sangat menghargai dan  menghormatinya.


Versi keenam, mereka memilih tidak memakan daging sapi karena sesuai dengan ajaran agama Hindu yang sering disebut Ahimsa, yang artinya tidak membunuh atau menyakiti. Tentu ruang lingkup Ahimsa ini adalah tidak membunuh dan menyakiti semua makhluk ciptaan Tuhan, termasuk kepada Sapi dan semua hewan lainnya. Kebanyakan dari mereka yang menjalani hal ini berarti juga menjalani praktek yang lebih dari sekedar tidak makan Sapi, yaitu Vegetarian.
Versi keenam ini adalah penjelasan yang belum siap untuk saya laksanakan saat ini secara pribadi. Konsep Vegetarian adalah konsep yang bagi saya sangat amat bagus. Saya adalah orang yang tidak tega melihat binatang dibunuh, apalagi itu dilakukan di depan mata saya. Konsep vegetarian akan membuat, mengurangi, atau setidaknya tidak ikut mendukung atau menikmati hasil dari pembunuhan terhadap makhluk hidup lain. Untuk diketahui, saya memutuskan masih memakan daging sampai saat ini alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi di usia muda. Mungkin konsep vegetarian akan saya jalankan ketika usia saya sudah lebih tua, sekaligus sebagai bentuk menjaga pola makan untuk kesehatan yang memang diperlukan ketika masa tua nanti.
Selain itu, kalau penjelasan terkait tidak memakan daging sapi adalah dengan dasar ajaran Ahimsa, tentu tidak akan menjadikan Sapi sebagai satu-satunya hewan dalam agama Hindu yang dimuliakan atau disucikan, karena yang meyakini jalan ini tidak akan memakan semua hewan. Jadi saya belum puas dengan penjelasan versi keenam, dan untuk yang sudah terpuaskan dengan penjelasan keenam, syukurlah, silahkan melanjutkan keyakinannya, saya sangat menghargai dan menghormatinya.

Versi ketujuh, menjelaskan bahwa agama Hindu dilarang memakan daging sapi karena sapi adalah kendaraan Dewa Siwa. Perlu diketahui, dalam ajaran agama Hindu terdapat banyak sekali Dewa-Dewa bahkan juga Dewi-Dewi, yang di mana mereka adalah percikan sinar suci Tuhan. (Penjelasan lebih lanjut mengapa ada banyak Dewa-Dewa dan Dewi-Dewi dalam agama Hindu akan dibahas dalam artikel berbeda). Setiap Dewa-Dewi tersebut digambarkan memiliki kendaraan-kendaraan masing-masing, di mana sebagian besar kendaraannya adalah hewan. Misal, Dewa Wisnu kendaraannya burung Garuda, Dewa Ganesha kendaraannya tikus, kendaraan Dewi Durga berupa harimau, dan masih banyak lagi.
Penjelasan versi ketujuh juga belum bisa memuaskan saya karena pada kenyataannya sapi bukan satu-satunya makhluk yang menjadi kendaraan bagi Dewa dalam ajaran agama Hindu. Jika memang alasannya karena ia adalah kendaraan Dewa, maka semua makhluk yang bertugas sebagai kendaraan para Dewa-Dewi harus dimuliakan atau disucikan. Sekali lagi, ini adalah cara pandang saya pribadi. Jika pribadi lain sudah terpuaskan dengan penjelasan versi ketujuh, syukurlah, silahkan menjalani keyakinan tersebut, saya sangat menghargai dan menghormati.


Versi kedelapan yang pernah saya baca di internet, meskipun tidak jelas sumber aslinya dari mana, tapi saya cantumkan saja agar semua opini terkait orang Hindu tidak memakan daging sapi bisa diakomodir. Penjelasannya kurang lebih seperti ini, bahwa orang yang membunuh sapi, atau makan daging sapi, akan menderita di neraka selama ratusan tahun untuk membayar satu dari bulu sapi yang mereka makan. Jikalau seseorang makan daging sapi yang memiliki seratus ribu bulu, maka orang tersebut mesti menderita di neraka selama 100.000 dikali 100tahun.
Penjelasan versi kedelapan belum bisa memuaskan saya. Telah saya jelaskan sejak awal, saya bukan orang yang suka didoktrin untuk hal-hal berbau agama hanya karena itu ditulis di buku agama.  Apalagi penjelasan versi kedelapan juga belum tentu ada di buku agama Hindu, saya secara pribadi belum pernah melihat secara langsung. Cara-cara menakut-nakuti semacam ini tidak membuat saya malah respek dan mau mengikuti jalan tersebut. Namun jika pribadi yang lain bisa tercerahkan karena penjelasan versi kedelapan, saya sangat menghargai dan menghormatinya.

Sampai sejauh ini, saya baru mengetahui delapan versi mengapa orang Hindu memilih untuk tidak memakan daging sapi. Mungkin masih banyak versi yang belum saya ketahui, Namun dari kedelapan versi yang sudah saya ketahui, belum ada yang bisa memuaskan saya secara pribadi, mengapa saya sebagai orang Hindu tidak boleh memakan daging sapi.
Lalu, selama ini bagaimana cara saya menjawab pertanyaan teman non-Hindu ketika mereka menanyakan hal ini kepada saya?

Penjelasan yang saya berikan begini:
Dalam ajaran agama Hindu, konsep tidak memakan daging sapi itu hampir sama dengan konsep menggunakan jilbab dalam agama Islam. Lakukanlah ketika kamu sudah siap, sudah yakin, dan tahu mengapa melakukannya adalah hal yang baik untuk dirimu atau dengan kata lain sudah mendapatkan hidayah. Saya sebagai orang Hindu belum mendapatkan hal itu, sehingga saya masih memakan daging sapi.
Sebagai penutup, harus saya sampaikan bahwa tulisan ini merupakan salah satu bentuk pencarian saya secara pribadi tentang penjelasan mengapa orang Hindu tidak boleh  memakan daging Sapi. Harapannya, artikel ini bisa memicu diskusi dan sharing yang konstruktif dan positif di kolom komentar, sehingga penulis dan seluruh pembaca artikel ini bisa tercerahkan.
Tulisan ini didedikasikan tidak hanya untuk orang Hindu yang belum tercerahkan, namun juga bagi non-Hindu yang selama ini penasaran terhadap konsep mengapa orang Hindu yang tidak memakan daging sapi

Pengertian Dan Penjelasan Panca Sradha Dalam Agama Hindhu

Pengertian Dan Penjelasan Panca Sradha Dalam Agama Hindhu



Secara etimologi panca sradha berasal dari kata panca dan sradha. Panca berarti lima dansradha berarti keyakinan. Jadi panca sradha adalah lima keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu.
1. Percaya terhadap adanya Brahman
2. Percaya terhadap adanya atman
3. Percaya terhadap adanya karmaphala
4. Percaya terhadap adanya punarbhawa
5. Percaya terhadap adanya moksa
Çraddhaya satyam apnoti, çradham satye prajapatih.
artinya : dengan sradha orang akan mencapai Tuhan, Beliau menetapkan, dengan sradha menuju satya. (Yajur Veda XIX.30)

1. Tuhan Yang Maha Esa / Sang Hyang Widi Wasa
siapa sih Tuhan itu? Tuhan adalah sumber dari segala yang ada dan akhir dari segala yang tercipta.
Ekam eva advityam Brahman yang berarti Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.(CU IV.2.1)
eko narayana na dwityo’sti kascit yang berarti hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.
Dengan melihat kedua sloka diatas dapat disimpilkan bahwa Tuhan itu esa/satu tidak ada duanya.
Kita mengenal adanya Tri Purusa yaitu :
Paramasiwa : Tuhan yang tidak bisa dipikirkan, tak terbayangkan, murni, nirguna Brahman, trasenden.
Sadasiwa : Tuhan yang imanen, saguna Brahman disinilah Tuhan memiliki sifat seperti Cadhu sakti,astaiswarya.
Siwatman : Tuhan yang ada didalam makluk hidup.
sifat Tuhan :
Cadhu sakti :
Wibhu sakti artinya Tuhan bersifat maha ada
Prabhu sakti artinya Tuhan bersifat maha kuasa
Jnana sakti artinya Tuhan bersifat maha tahu
Kriya sakti artinya Tuhan bersifat maha karya
Astaiswarya :
Anima berarti kecil sekecil-kecilnya, lebuh kecil dari atom
Laghima berarti ringan seringan ringannya, lebih ringan dari udara
Mahima berarti maha besar, memenuhi ruangan
Prapti berarti serba sukses, dapat mencapai segala sesuatu yang dikehendaki
Prakamya berarti segala keinginan dapat tercapai
Isittwa berarti maharaja atau raja diraja
Wasitwa berarti maha kuasa dan mengatasi segala-galanya
Yatrakamawasayitwa berarti segala kehendaknya tak ada dapat menentang

2. Atman
Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha Esa ). Atman berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas mempunyai atman, sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua makluk ( manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita menyebutkan sebagai berikut :
aham atma gudakesa, sarwabhutasaya-sthitah, aham adis ca madhyam ca, bhutanam anta eva ca”
artinya :
O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan, pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.( Bhagawadgita X.20 )
Sifat – sifat atman meliputi :
a) acchedya berarti tak terlukai senjata,
b) adahya berarti tak terbakar oleh api,
c) akledya berarti tak terkeringkan oleh angin,
d) acesya berarti tak terbasahkan oleh air,
e) nitya berarti abadi,
f) sarwagatah berarti ada di mana-mana,
g) sathanu berarti tidak berpindah – pindah,
h) acala berarti tidak bergerak,
i) awyakta berarti tidak dilahirkan,
j) achintya berarti tak terpikirkan,
k) awikara berarti tidak berubah,
l) sanatana berarti selalu sama.

3. Karmaphala
Secara etimologi karmaphala berasal dari kata karma yang berarti perbuatan dan phala yang berarti hasil. Jadi karmaphala berarti hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Hindu mengenal adanya hukum karmaphala yaitu hukum sebab akibat, setiapperbuatan yang kita lakukan pasti akan mendapakan hasilnya.
Berdasarkan waktu diterimanya phala dari suatu karma dibedakan menjadi tiga.
a.Sancita Karma Phala: Perbuatan dimas lampau/kehidupan lalu pada kehidupan sekerang kita terima hasilmnya.
b.Prarabda: Pebuatan sekarang sekarang juga kita terima hasilnya
c.Kryamana: Perbuatan pada kehidupan sekarang belum habis diterima hasilnya maka akan kita terima dapa kehidupan yang akan datang.

4. Punarbhawa
Punarbhawa berasal dari kata punar yang berarti kembali dan bhawa yang berarti menjelma / lahir. Jadi punarbhawa adalah kelahiran kembali. Punarbhawa juga sering disebut dengan Reinkarnasi.
“bahuni me vyatitani janmani tava carjuna, tany aham veda sarvani na tvam vettha parantapa”.
arti : Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu, demikian pula kelahiranmu,Arjuna;semuanya ini Aku mengetahuinya, tetapi engkau sendiri tidak, wahai Arjuna.( Bhagawadgita IV.5 )

5. Moksa
Moksa berasaldari akar kata “muc” yang berarti bebas. Bebas dari segala ikatan karma, ikatan duniawi( suka dan duka ) ikatan hidup, ikatan cinta kasih dll.
Tingkatan moksa :
1.SAMIPYA : Moksa dapat dicapai oleh para maha Rsi/yogi dengan kematangan tapa membuka intuisinya sehingga dapat menerima wahyu dan memahami hakekakat hidup sejati.
2.SARUPYA/ SADARMYA : Moksa yang dicapai oleh kesadaran sejati ketika atman dapat mengatasi segalanya . Hal ini dapat dicapai oleh Awatara. Beliau bisa mengatasi segalanya dan dapat menentukan sendiri kapan akan meninggalkian dunia ini.
3.SALOKYA : Adalah tingkatan Moksa yang dicapai oleh atman yang telah mampu mencapai tingkat Tuhan. Misalnya leluhur yang telah diaben.
4.SAYUJYA : Adalah tingkat kebebasan yang paling tinggi dimana atman telah bersatu dengan Brahman. Brahman Atman Aikyam. Brahman dan Atman tunggal.

Macam Macam Dewa Dewi Hindu

Macam Macam Dewa Dewi Hindu

Nama nama Dewa dan Dewi dalam agama Hindu

• Agni (Dewa api)

Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (अग्नि) yang berarti 'api'. Konon Dewa Agni adalah putra Dewa Dyaus dan Pertiwi.

• Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)

Dalam ajaran agama Hindu, Aswin (Sanskertaअश्विनLatinaśvin, dibaca: As-win) adalah Dewa kembar yang bergelar sebagai 'dokter para Dewa'. Mereka merupakan putera Dewa Surya danDewi Saranya.
Mereka dewa yang sering disebut sebagai dewanya pengobatan dalam Ayurweda. Mereka adalah dua bersaudara yang ramah, suka menolong. Mereka dilukiskan sebagai penunggang kuda yang membawa kemakmuran pada manusia serta menyembuhkan segala penyakit dan kemalangan.
Mereka disamakan dengan si kembar Castor dan Pollux dalam Mitologi Yunani.
Mereka juga Dewa yang disebut-sebut dalam Rg-Weda, dengan 57 syair di dalamnya yang memuji-muji mereka. Mereka juga disebut Nāsatya (na+asatya, artinya "bukan kebohongan" atau sama dengan "kebenaran").

• Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)

Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagariब्रह्माIAST: Brahmā) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita

• Candhra (Dewa bulan)

Dalam agama Hindu, Candra adalah dewa bulan, sekaligus seorang Graha. Candra juga disamakan dengan Soma, dewa bulan dalam Weda-Weda. Kata Soma merujuk kepada minuman manis dari tanaman, sehingga Candra menjadi penguasa tanaman dan tumbuhan. Candra digambarkan sebagai dewa yang berparas muda dan tampan, berlengan dua dan memegang gada dan teratai. Konon setiap malam ia mengendarai keretanya untuk melintasi langit. Keretanya ditarik oleh sepuluh kuda putih, atau kadangkala ditarik antilop. Meski antilop adalah hewan yang biasa dilukiskan bersamanya dalam simbol-simbol, kelinci juga dikeramatkan olehnya dan seluruh kelinci berada dalam perlindungannya. Candra dikaitkan dengan embun, dan ia juga salah satu dewa kesuburan. Candra sebagai Soma, mengetuai Somawara atau hari Senin.
Candra merupakan ayah Budha. Ia merupakan suami bagi Rohini, Anurada dan Bharani, yang merupakan 27 Naksatra (rasi bintang), puteri-puteriDaksa.

•Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)


Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga (Dewanagariदुर्गा) adalah istri Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini.

• Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)

Ganesa (Sanskerta गणेश ; ganeṣa Tentang suara ini dengarkan (bantuan·info)) adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan.Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk NepalTibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama GanapatiWinayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat JainaBuddha, dan di luar India.[1]
Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa mahsyur sebagai "Pengusir segala rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa segala rintangan" (Wignesa,Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara.[2] Beberapa kitab mengandung anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.

Ganesa muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda.[3] Ketenarannya naik dengan cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah denominasi Hindu) pada abad ke-9. Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya, (Sanskertaगाणपत्य;gāṇapatya), yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu.[4] Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesa adalah GanesapuranaMudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.

• Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)


Dalam ajaran agama Hindu, Indra (Sanskertaइन्द्र atau इंद्रIndra) adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.
Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu, seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa(wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum raksasa. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.
Dewa Indra muncul dalam kitab Mahabarata. Ia menjemput Yudistira bersama seekor anjing, yang mencapai puncak gunung Mahameru untuk mencari Swargaloka.
Kadangkala peran dewa Indra disamakan dengan Zeus dalam mitologi Yunani, dewa petir sekaligus raja para dewa. Dalam agama Buddha, beliau disamakan dengan Sakra.




• Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)


Dalam agama Hindu, Kuwera (DewanagariकुबेरIASTKuvera) adalah dewa pemimpin golongan bangsa Yaksa atau Raksasa. Meskipun demikian, ia lebih istimewa dan yang utama di antara kaumnya. Ia bergelar "bendahara para Dewa", sehingga ia disebut juga Dewa Kekayaan. Kuwera merupakan putera dari seorang resi sakti bernama Wisrawa. Ia satu ayah dengan Rahwana, namun lain ibu. Ia menjadi raja di Alengka, menggantikan Malyawan, namun di kemudian hari kekuasaannya direbut oleh Rahwana. Karena merasa tidak sanggup mengalahkan Rahwana, Kuwera pun dengan berat hati menyerahkan tahta.

• Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)

Dalam agama Hindu, Laksmi (Dewanagariलक्ष्मीIASTLakshmī) adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.
Dalam kitab-kitab Purana, Dewi Laksmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Wisnu. Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Wisnu. Dalam beberapa inkarnasi Wisnu (Awatara) Dewi Laksmi ikut serta menjelma sebagai Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Rukmini (ketika Wisnu menjelma sebagai Kresna), dan Alamelu (ketika Wisnu menjelma sebagai Wenkateswara).

merak dalam penggambaran Dewi laksmi, yang mana adalah simbol dari kebenaran mutlak penciptaan hitam dan putih. sebab merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya sebagai lambang keindahan yang abadi dan lambang pernikahan.
Dewi Laksmi disebut juga Dewi Uang. Ia juga disebut "Widya", yang berarti pengetahuan, karena Beliau juga Dewi pengetahuan keagamaan. Ia juga dihubungkan dengan setiap kebahagiaan yang terjadi di antara keluarga dan sahabat, perkawinan, anak-anak, kekayaan, dan kesehatan yang menjadikannya Dewi yang sangat terkenal di kalangan umat Hindu.

• Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)

Saraswati (Dewanagariसरस्वतीIASTSarasvatī) adalah salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua yang lainnya adalah Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati adalah sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang berarti mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut sebagai Dewi Sungai, disamping GanggaYamunaSusoma dan yang lainnya.

• Shiwa (Dewa pelebur)

Siwa (DewanagariशिवIASTŚiva) adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Brahmadan Wisnu. Dalam ajaran agama HinduDewa Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.

• Sri (Dewi pangan)

Dewi Sri atau Dewi Shri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa


• Surya (Dewa matahari)

Surya (Sanskerta: सूर्य; Surya) adalah nama dewa matahari menurut kepercayaan umat Hindu. Surya juga diadaptasi ke dalam dunia pewayangan sebagai dewa yang menguasai atau mengatur surya atau matahari, dan diberi gelar "Batara". Menurut kepercayaan Hindu, Surya mengendarai kereta yang ditarik oleh 7 kuda. Ia memeiliki kusir bernama Aruna, saudara Garuda, putra Dewi Winata.

• Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)

Dalam ajaran agama Hindu, Baruna atau Waruna (DevanagariवरुणLatinVaruna) adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai dewa air, penguasa lautan dan samudra. Kata Baruna (Varuna) berasal dari kata var (bahasa Sanskerta) yang berarti membentang, atau menutup. Kata "var" tersebut kemudian dihubungkan dengan laut, sebab lautan membentang luas dan menutupi sebagian besar wilayah bumi.
Menurut kepercayaan umat Hindu, Baruna menguasai hukum alam yang disebut Reta. Ia mengandarai makhluk yang disebut makara, setengah buaya setengah kambing (kadangkala makara disamakan dengan buaya, atau dapat pula digambarkan sebagai makhluk separuh kambing separuh ikan). Istri Beliau bernama Baruni, yang tinggal di istana mutiara. Oleh orang bijaksana, Dewa Baruna juga disebut sebagai Dewa langit, Dewa Hujan, dan dewa yang menguasai hukum.
• Wayu / Bayu (Dewa angin)

Bayu (Sanskertaवायुदाब वायु ; Vāyu, baca: Bayu, disebut juga Waata (वातVāta) atau Pawana (पवन : Pavana) atau Prāna) dalam agama Hindua dalah Dewa utama, bergelar sebagai Dewa angin. Udara (Vāyu) atau angin (Pāvana) merupakan salah satu unsur dalam Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu.
Dewa dalam agama Hindu ini diadaptasi ke dalam dunia pewayangan sebagai dewa penguasa angin yang bertempat tinggal di Khayangan Panglawung. Batara bayu ditugaskan untuk mengatur dan menguasai angin. Pada zaman Treta Yuga, Batara Bayu menjadi guru Hanoman agar kera tersebut menjadi sakti. Pada zaman Dwapara Yuga, Batara Bayu menurunkan Werkudara (Bima). Ciri dari murid ataupun keturunan dewa ini adalah mempunyai "Kuku Pancanaka".

• Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)

Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (Dewanagariविष्णु ; Viṣṇu) (disebut juga Sri Wisnu atau Nārāyana) adalah Dewa yang bergelar sebagaishtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat denganBrahman.

• Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)

Batara Yama adalah nama dewa penjaga neraka dalam agama Hindu dan Buddha. Namanya sudah disebut dalam kitab Weda.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Yama merupakan manifestasi dari Brahman yang bergelar sebagai Dewa akhirat, Hakim Agung yang mengadili roh orang mati, untuk mempertimbangkan apakah suatu roh layak mendapat surga atau sebaliknya, mendapat neraka.
Dewa Yama dilukiskan sebagai seorang tua yang berkuasa di singasana neraka, memiliki dua wajah yang tidak terlihat sekaligus. Wajah yang sangar dan menyeramkan terlihat oleh roh orang-orang yang hidupnya penuh dengan perbuatan salah, sedangkan wajah yang lembut dan berwibawa terlihat oleh roh-roh yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik.